The Bank for International Settlements
(BIS) adalah organisasi internasional yang anggotanya para bank sentral
dari negara-negara di dunia. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk
meningkatkan kerjasama antara bank-bank sentral tersebut, disamping juga
berfungsi menjadi semacam bank-nya para bank sentral dunia.
Dengan anggota dan fungsinya tersebut, kita bisa bayangkan betapa powerful-nya pengaruh organisasi yang bermarkas di Basel – Switzerland ini dalam up and down-nya system keuangan dunia di jaman ini. Peran mereka yang sentral dalam tata kelola uang di dunia – juga membuat mereka memiliki akses informasi yang sangat comprehensive dalam setiap aspek keuangan dari para anggotanya.
Dengan
kekuatan dan akses informasinya tersebut, laporan hasil riset dan
pernyataan-pernyataan dari BIS ini layak untuk menjadi masukan yang
serius bagi para pengambil keputusan keuangan atau ekonomi di semua
negara – termasuk kita.
Di
antara laporan-laporan tersebut yang menurut saya sangat perlu kita
pahami adalah laporan hasil riset bulan Maret lalu dengan judul The Future of Public Debt : Prospects and Implications yang dapat kita unduh dari situs resmi mereka.
Berikut
adalah statement-statement inti dari laporan tersebut yang implikasinya
bisa sangat serius di masa-masa yang akan datang.
Abstract dari laporan ini sudah diawali dengan (dalam terjemahan bebas saya) : “Sejak
awal krisis finansial, hutang negara-negara industri terus meningkat
secara dramatis, dan sejauh yang dapat dilihat kedepan (foreseeable
future ) hutang ini akan terus naik di masa-masa mendatang...”.
Kemudian hasil riset ini menyimpulkan empat hal sebagai berikut :
Pertama,
problem fiscal dari negara industri sesungguhnya lebih lebih serius
dari laporan resmi pemerintah di negara-negara tersebut. “Sungguh menakutkan bahwa hutang public mereka akan tumbuh diatas 100% dari GDP...”. Lihat grafik diatas untuk trend-nya (klik untuk melihat lebih jelasnya).
Kedua,
meningkatnya hutang publik tersebut diatas telah merubah persepsi
selama ini bahwa hutang jangka panjang negara dalam berbagai bentuknya
yang selama ini dianggap berisiko rendah, kedepannya akan menjadi
berisiko tinggi. Hutang pemerintah Yunani misalnya, kini sudah menjadi junk - yaitu yang sangat rendah nilainya.
Ketiga,
problem hutang yang terlalu tinggi akan menekan akumulasi modal,
menurunkan pertumbuhan produktifitas dan menurunkan potensi pertumbuhan
jangka panjang.
Keempat,
mendung ketimpangan fiscal jangka panjang menimbulkan risiko
instabilitas moneter. Dinamika hutang yang tidak stabil akan
meningkatkan inflasi yang disebabkan oleh godaan pada para pengelola
keuangan negara untuk menurunkan tingkat hutang dengan mencetak uang
dalam berbagai bentuknya.
Puncak
gunung es yang merupakan tanda-tanda problem yang sangat besar tersebut
juga sudah bermunculan dalam bentuk krisis di berbagai negara dalam dua
tahun terakhir. Krisis di Amerika, Inggris, Iceland, Dubai, Latvia,
Yunani, Portugal, Spanyol...dan entah negara mana lagi yang akan segera
menyusul...adalah bukti-bukti kebenaran laporan tersebut diatas.
Lantas
apa kaitannya ini semua dengan harga emas ?. Emas akan menjadi semakin
penting perannya dalam memberikan perlindungan terhadap inflasi. Karena
kesadaran terhadap hal ini akan meluas, maka sangat mungkin emas akan
mengalami kenaikan harga yang eksponensial kedepan.
Dua
hal yang akan menjadi pendorong kenaian eksponensial harga emas ini
yaitu yang pertama adalah karena penurunan nilai uang kertas, dan yang
kedua adalah karena kenaikan demand. Pertama, ketika nilai uang kertas jatuh harga emas akan menjadi sangat mahal bila dibeli dengan uang kertas tersebut.
Kedua, harga emas yang mahal tidak akan menurunkan minat orang untuk membeli emas, malah
justru sebaliknya akan semakin banyak orang memburunya karena dalam
situasi inflasi tinggi – emas inilah jaring penyelamatnya. Demand yang tinggi inilah yang mendorong kenaikan harga emas berikutnya.
Well,
kabar baiknya adalah kenaikan ini mungkin tidak terjadi sekarang atau
dalam waktu dekat, tetapi akan seiring dengan garis-garis merah di
grafik-grafik tersebut diatas. Wa Allahu A’lam. (M. Iqbal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar